Mengawali karir sebagai seorang dosen muda di Fakultas Keguruan Teknik (FKT) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Padang pada Maret 1979, menjadi bagian dari pengembaraan hidupnya sebagai seorang praktisi pendidikan. Kecintaannya terhadap bidang Pendidikan Teknik telah mengantarkannya menjadi seorang tokoh yang mewakafkan dirinya untuk kemajuan pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Teknik di Sumatera Barat. Drs. H. Zulfa Eff Uli Ras, M.Pd. merupakan sosok yang bersisian erat dengan perjalanan pengembangan Institut Teknologi Padang (ITP), melalui gagasan, tindakan, dan strategi yang diaktualisasikannya dapat mengantarkan ITP yang pada awal pendiriannya pada tahun 1972 merupakan sebuah kursus yang bernama Kursus Ahli Teknik (KAT) mengalami perkembangan menjadi Akademi Teknik Padang (ATP) pada tahun 1973. Kemudian dengan semangat seluruh civitas akademika pada tahun 1989 ATP berkembang menjadi Sekolah Tinggi Teknik Padang (STTP), hingga pada tahun 2002 secara resmi STTP mengalami peralihan menjadi ITP yang mampu menjadi salah satu perguruan tinggi swasta terbaik di Sumbar.Menurutnya eksistensi ITP saat ini adalah buah dari motto yang diusung oleh para pendiri yayasan, yaitu “dari masyarakat, untuk masyarakat, milik masyarakat, dan kembali ke masyarakat’. “Ingatan saya kembali ke 41 tahun silam, tepatnya pada Juni 1982, saat itu saya baru kembali dari perjalanan Studi Banding tentang Hubungan Dunia Industri dengan Pendidikan Vokasi di 3 negara (India, Singapura, dan Malaysia). Hari pertama saya kembali ke kampus saya menghadap pimpinan, Drs. Jalius Jama, (Prof .M.Ed, Ph.D.) yang saat itu menjabat sebagai Dekan FKT IKIP. Mata saya tertuju pada papan tulis yang bertuliskan struktur pimpinan ATP 1982-1986 yang salah satu nama ada tulisan Zulfa selaku Wakil Direktur III ATP. Awalnya saya mengira “kata Zulfa” mengacu pada orang lain yang memiliki nama serupa dengan saya, tanpa terbesit nama Zulfa yang tertera ditujukan untuk saya “ ujar beliau. Keesokan harinya, Bapak Jalius Jama sebagai salah satu pengurus yayasan di ATP dan sekaligus Dekan memanggil Zulfa keruangannya dan menyampaikan bahwa ia menugaskan Zulfa sebagai kader dalam jajaran pimpinan ATP. Bapak Jalius menyampaikan terpilihnya Zulfa sebagai salah satu pimpinan lembaga pendidikan Teknik tertua di Sumatera Bagian Tengah ini didasari oleh karena Zulfa kader yang aktif berorganisasi selama masa perkuliahan. Bapak Jalius menilai Zulfa telah terlatih untuk bertanggung jawab, memimpin sebuah organisasi, dan saat itu juga sebagai dosen muda yang energik. Drs. Zulfa menyampaikan ini merupakan amanah besar yang diterimanya, karena baginya amanah ini memiliki tantangan dan tentunya tanggung jawab besar yang akan diembannya. Zulfa menerangkan dengan modal berbagai pengalaman berorganisasi dan niat untuk mengabdi, ia memulai langkah awal pengabdian di ATP pada awal Juli tahun 1982. Berbagai tantangan harus dihadapi Zulfa saat awal pengabdiannya di ATP, terutama masih lemahnya sistem administrasi dan pelayanan yang dikelola oleh SDM yang belum berpengalaman di lembaga pendidikan. Selanjutnya Zulfa juga dihadapkan pada status dosen dan karyawan yang masih tenaga honor, dan pimpinan utama yaitu Direktur dan Wadir 1 yang merupakan pengusaha dan pejabat dengan segudang kesibukan pada tugas utamanya. Komitmen Zulfa untuk mendarmakan diri pada pendidikan meneguhkan langkah beliau mengemban tanggung jawab selaku Wakil Direktur III ATP. Fokus tugas dan tanggung jawab pertama adalah menangani permasalahan akademis dan kemahasiswaan yang merupakan pekerjaan rumah terbesar bagi Zulfa dalam meningkatkan kualitas pendidikan di ATP. Zulfa kemudian menghimpun berbagai informasi, berinteraksi dan berkomunikasi intensif dengan mahasiswa mencari benang persoalan, dari diskusi ini saya menemukan inti persoalan yang terletak pada administrasi umum dan akademik yang kurang baik. Sehingga seluruh administrasi akademik tidak berjalan sesuai prosedur dan berdampak pada atmosfer akademik yang tidak sehat. Untuk memperbaiki sistem dan manajemen yang belum terkelola dengan baik, Zulfa merancang strategi dan menyusun langkah-langkah inovatif demi tercipatanya ekosistem akademik yang sehat di lingkungan ATP. “Salah satu upaya pertama yang saya lakukan adalah dengan merancang sistem administrasi umum dan akademik yang sederhana, serta melakukan pendekatan kepada karyawan, yang selalu dapat dukungan dan pendampingan Kuasa Ketua Yayasan (alm.Bapak Masri Usman, SH). Upaya perbaikan ini diiringi dengan perpindahan seluruh kegiatan ATP pindah ke kampus milik sendiri di jalan Kandis Nanggalo (jalan Gajah Mada), Disinilah baru kita mulai dapat menuangkan kreatifitas, mengembangkan bakat, dan menumbuhkan nilai-nilai kebaikan untuk perbaikan mutu penyelenggaraan pendidikan ,” terang beliau. Setelah empat tahun menjabat sebagai Wakil Direktur III ATP, pada tahun 1986 Zulfa diminta oleh yayasan menjadi Direktur ATP yang saat itu diwakili oleh Achmad, S.B. bersama Masri Usman, S.H. selaku Pengurus Yayasan Pendidikan Teknologi Padang (YPTP) “Saya menyepakati dengan melayangkan dua syarat, pertama saya meminta untuk membuat batasan yang tegas secara tertulis, terkait tugas, wewenang, dan tanggungjawab antara pihak yayasan dan direktur, selaku pimpinan kampus. Kedua, beri kewenangan kepada direktur menentukan stafnya sendiri. Dua syarat yang saya ajukan diterima pihak yayasan, hingga pada Juli tahun 1986 saya resmi dilantik menjadi Direktur ATP ,” tutur Zulfa. Langkah awal Zulfa sebagai Direktur ATP adalah tetap memperbaiki sistem pelayanan mahasiswa dan dosen menjadi lebih baik sekaligus mengembangkan akademi menjadi sekolah tinggi, sehingga bisa membuka Program S1 Teknik dan mengalami perubahan nama ATP menjadi Sekolah Tinggi Teknik Padang (STTP). Peran seorang dosen muda yang saat itu berusia 25 tahun, Drs. Anrinal, (Ir S.E., M.T). sangat besar dalam menyusun konsep proposal yang akan diserahkan kepada pihak Depdikbud. Harapannya perubahan nama ini dapat menjadi benang merah ATP memiliki daya pikat tersendiri bagi masyarakat. Seiring dengan pengembangan lembaga menjadi STTP tentu kualitas dosen juga harus ditingkatkan menjadi S2 dan S3, sehingga pada waktu itu dikirimlah beberap dosen perguruan tinggi terkemuka didalam negeri (ITB, UI, UGM) dan luar negeri (UTM, UKM dan UM di Malaysia). Pada perubahan menjadi STTP ini yayasan masih tetap mempercayakan kepada saya jadi pimpinan sebagai Ketua STTP , “kata Zulfa. Seiring berjalannya waktu perlahan-lahan Zulfa memperbaiki permasalahan administrasi, sebagai induk dari seluruh kegiatan hal mendasar yang harus dilakukan adalah pembenahan administrasi dengan menerapkan sistem komputerisasi, metode ini dinilai efektif karena mudah dipantau dan meminimalisir kegiatan transaksional. Saat itu Zulfa meminta Anrinal selaku kepala BAK menyusun dan merancang sistem administrasi tersebut. “Momentum yang paling saya ingat saat memperbaiki sistem administrasi adalah pergolakan dari pihak yang merasa dirugikan akibat diperbaikinya sistem. Namun, dengan strategi dan komitmen yang kuat perlahan-lahan sistem tersebut terlaksana dengan baik yang berdampak pada citra kampus yang semakin positif dimasyarakat, karena STTP dinilai memiliki integritas dan menimbulkan kepercayaan ditengah masyarakat ,” jelas Zulfa. Lanjut Zulfa, setelah STTP berjalan dan berkembang dengan baik maka pada bulan Februari 1998 saya diangkat sebagai Ketua STTP untuk masa bakti 1998-2002. Tugas berat yang jadi tantangan sebagai pimpinan waktu itu adalah bagaimana menghasilkan lulusan yang berorientasi masa depan, dan memperoleh dana dari hibah Kompetisi yang disediakan oleh pemerintah serta upaya untuk menjadikan STTP jadi Institut Teknologi Padang (ITP). Pada saat itu kita sudah banyak tokoh-tokoh muda yang potensil dan dinamik yang diharapkan bisa melanjutkan kepemimpinan berikutnya. Diakhir kepemimpian saya sebagai Ketua STTP tahun 2001 berhasil memperoleh dana Hibah Kompetisi dari ADB melalui Proyek TPSDP sebesar 18 Milyar satu-satunya PTS di Wil. X yang dinyatakan berhasil. Seiring dengan keluarnya keputusan perubahan STTP menjadi Institut Teknologi Padang (ITP) jabatan Ketua STTP juga berakhir. Maka keberlanjutan peralihan maka tgl 30 Juni 2002 Zulfa diangkat sebagai Pj. Rektor untuk jangka waktu satu tahun, dengan tugas mengawal keberlanjutan Proyek TPSDP dan mempersiapkan Rektor difinitif untuk masa bakti 2003-2007. Pada waktu berakhirnya jabatan Rektor, pengurus yayasan mengadakan rapat dan mufakat mengangkat sebagai Wakil Ketua YPTP sampai tahun 2010. Selanjutnya diangkat menjadi Ketua Pengurus YPTP 2010-2023 (2 periode). Dan pada tahun 2023 diamanahkan untuk menjadi Ketua Pembina YPTP sebagai ladang pengabdian dibidang pendidikan. Karakter perjuangan dan bertanggung jawab adalah hasil didikan dari orang tua dan bimbingan Pak Etek, Drs. Soufyan Ras Burhany dan Etek. Dari usia belia Zulfa terlatih dengan tanggung jawab pekerjaan yang lumayan berat, disekolah saya menjabat sebagai ketua OSIS, sementara dirumah saya juga memiliki berbagai tanggung jawab pekerjaan rumah. Dalam hal ini karakter kerja keras, tanggung jawab, dan disipilin terhadap pekerjaan, berakar dari pola didikan sedari kanak-kanak. Zulfa merupakan pribadi yang teguh dalam memegang prinsip, menurutnya pencapaian yang saat ini diterimanya merupakan hasil dari nasehat dan nilai-nilai yang ditanamkan kepadanya, salah satu yang sangat melekat dan tergambar dari diri seorang Drs. Zulfa adalah sebuah kesederhanaan yang bersahaja. Ia menuturkan kesederhanaan ini adalah buah dari nasehat yang ia terima dari Pak Etek, Drs. Soufyan dan Achmad, S.B, Jalius Jama, Masri Usman pendiri/sesepuh YPTP. “Ketika saya diamanahkan menjadi Direktur ATP, Pak Etek berpesan jika menjadi pemimpin jangan berubah gaya hidup dan tetap sederhana. Nasehat lain yang akan selalu saya ingat adalah dari nasehat dari Pak Achmad, S.B dan Pak Masri Usman, bahwasanya jika ingin memimpin dan mengabdi pada pendidikan, jangan pernah mencari kekayaan, tetapi niat mulia dan dedikasi yang tulus akan membantu kita dalam menghadapi kehidupan dan itu akan menjadi ciri khas diri yang akan selalu terkenang bagi orang lain, “ tutur beliau. Bagi Zulfa, ITP adalah rumah tempat melatih kepemimpinan, sebagai seorang individu kita dituntut terus belajar. Pengalaman organisasi membentuk pola fikir seorang Drs. Zulfa bahwasanya ketika kita mengabdi kepada sebuah institusi bukan apa yang bisa diberikan institusi kepada kita, melainkan kontribusi apa yang bisa kita berikan demi kebaikan institusi. Beliau sangat optimis kepengurusan YPTP dibawah pimpinan Ampri Satyawan, S.E., M.M. akan lebih baik dan berkembang sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan zaman, YPTP sebagai lembaga yang memayungi ITP diharapkan dapat saling bekerja sama, membangun koordinasi, dan berkolaborasi dengan penuh keikhlasan untuk mewujudkan visi dan misi ITP menjadi World Class University pada tahun 2040. “Terakhir pesan bagi generasi muda, dalam melaksanakan pekerjaan kita harus mengerjakannya dengan hati yang ikhlas dan memegang prinsip kejujuran. Karena pengabdian yang tulus akan berdampak pada kompetensi dan kualitas diri. Seseorang yang bekerja keras maka akan bertahan pada pekerjaanya, seseorang yang bekerja cerdas akan membuat seseorang memiliki pengaruh pada pekerjaannya. Namun, jauh diatas itu seseorang yang bekerja dengan tulus dan ikhlas akan mengantarkan dirinya pada takdir-takdir hidup yang dipenuhi keberkahan ,” tutup beliau. Created By Widia/Humas ...