Institut Teknologi Padang (ITP)
kembali memperkuat sinergi akademik dan industri melalui kunjungan industri
mahasiswa, Program Studi Teknologi Rekayasa Instalasi Listrik (TRIL) ITP ke PT. PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Ombilin yang
digelar pada Kamis (10/10). Kunjungan ini menjadi momentum berharga bagi para
mahasiswa untuk mendalami dunia kerja yang sesungguhnya, terutama dalam sektor
pembangkitan energi.
Dalam kunjungan tersebut, delegasi Prodi
TRIL ITP yang terdiri dari 28 mahasiswa didampingi oleh dosen Prodi TRIL ITP, Ir.
Antonov, S.T, M.T, IPM disambut hangat oleh Edison Hasmadi, Asisten
Manager Operasi PT. PLN Indonesia Power UBP Ombilin dan tim.
Kunjungan tersebut dibuka dengan sebuah sesi
sosialisasi yang diadakan di ruang rapat PT. PLN Indonesia Power UBP Ombilin.
Sosialisasi ini mengupas lebih dalam tentang operasional dan fungsi UBP Ombilin
sebagai salah satu unit pembangkitan tenaga listrik andalan di Indonesia.
Dalam sambutannya, Edison menyampaikan
rasa bangga atas kehadiran mahasiswa ITP dan menegaskan pentingnya sinergi
antara dunia akademik dan industri, terutama dalam mempersiapkan generasi muda
yang kompeten di bidang teknologi pembangkitan listrik.
“Kami berharap kunjungan ini memberikan
wawasan praktis kepada mahasiswa serta menjadi jembatan antara teori yang
dipelajari di kampus dan praktik di lapangan, khususnya di bidang pembangkitan
tenaga listrik. Sehingga, mahasiswa dapat lebih memahami tantangan dan
peluang di sektor energi ,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Ir. Antonov juga
memberikan sambutan singkat, mengapresiasi pihak UBP Ombilin yang telah
membuka pintu bagi mahasiswa ITP untuk belajar langsung di salah satu pusat
pembangkit listrik tenaga uap terbesar di Sumatera Barat. Ia juga berharap,
dengan kunjungan ini, mahasiswa mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam
tentang proses-proses teknis yang terlibat dalam pembangkitan listrik dan
operasional UBP Ombilin secara keseluruhan.
Setelah sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan plakat sebagai bentuk apresiasi dan simbol kerja sama yang baik antara ITP dan PT. PLN Indonesia Power UBP Ombilin. Ini bukan hanya sekadar simbolis, tetapi juga mencerminkan komitmen ITP untuk terus membangun hubungan yang kuat dengan industri guna memperkaya pengetahuan mahasiswa di bidang energi dan teknologi.
Selanjutnya, para mahasiswa dan dosen
pengampu langsung dipandu oleh tim ahli dari PT. PLN Indonesia Power UBP
Ombilin. Para peserta diajak mengunjungi berbagai fasilitas dan instalasi yang
ada di PT. PLN Indonesia Power UBP Ombilin, mulai dari proses pembakaran batu bara,
pengolahan energi listrik, hingga proses pembangkitan listrik.
Dalam kunjungan ini, para peserta juga
diberikan penjelasan detail mengenai teknologi dan mesin yang digunakan PT. PLN
Indonesia Power UBP Ombilin. Bagi mahasiswa TRIL ITP kesempatan ini sangat
bermanfaat, mereka tidak hanya mempelajari teori di dalam kelas, tetapi juga
menyaksikan secara langsung bagaimana teknologi yang mereka pelajari diterapkan
dalam skala industri besar.
Selain itu, kunjungan ini membuka wawasan
baru tentang tantangan teknis dan operasional yang dihadapi oleh pembangkit
listrik, serta betapa pentingnya peran insinyur dalam menjaga kelangsungan
energi. Kegiatan ini tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan praktis
kepada mahasiswa, tetapi juga membuka peluang kerjasama lebih lanjut antara
pihak akademisi dan industri.Kegiatan kunjungan ini diakhiri dengan
sesi diskusi interaktif antara mahasiswa dan tim ahli UBP Ombilin. Mereka
berbagi wawasan mengenai berbagai teknologi terbaru yang digunakan di industri
pembangkitan listrik, serta tantangan yang dihadapi dalam menjalankan
operasional yang efisien dan ramah lingkungan.
Dengan berakhirnya kunjungan ini,
diharapkan mahasiswa TRIL ITP semakin termotivasi untuk terus belajar dan
berinovasi di bidang teknologi infrastruktur dan lingkungan. Kunjungan industri
seperti ini menjadi salah satu langkah strategis ITP dalam menciptakan lulusan
yang siap terjun ke dunia kerja, berbekal pengetahuan yang relevan dan
pengalaman praktis langsung dari industri.
Created By Widia/Humas
...
Salah
satu pendekatan yang digunakan untuk mewadahi pendidikan Abad 21 adalah pendidikan
berbasis luaran atau dikenal sebagai Outcome Based Education (OBE). Oleh karena itu, Institut Teknologi Padang (ITP) telah
secara berkelanjutan mengerahkan seluruh sumber daya untuk mendukung realisasi
OBE di seluruh level komponen pendidikannya.
Salah satu wujud nyata untuk mendukung implementasi kurikulum
OBE di lingkungan akademisnya, Fakultas Teknik ITP mengadakan Workshop "Sistem dan Instrumen Assessment Kurikulum
OBE" pada Rabu (09/10). Acara ini menghadirkan narasumber utama, Ir.
Jonrinaldi, S.T., M.T., Ph.D., IPU, ASEAN Eng, ESLog, seorang pakar kurikulum
OBE yang juga merupakan anggota Tim Kurikulum Inti BKSTI Pusat.
Bertempat di Aula Gedung D Kampus I ITP, Workshop
ini menjadi bagian dari rangkaian panjang upaya ITP, dalam membangun kurikulum
yang berfokus pada capaian pembelajaran dan kesiapan lulusan menghadapi dunia
kerja.
Workshop yang dipandu oleh Angelalia
Roza, M. Eng.Sc, diawali dengan pembukaan oleh sekretaris kegiatan Workshop,
Nelvidawati, M.T. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya penerapan
kurikulum OBE yang menitikberatkan pada hasil akhir proses pembelajaran, yaitu
penguasaan kompetensi mahasiswa.
“Melalui workshop ini, harapannya kita
dapat memperbaiki proses pembelajaran agar lebih efektif dan berkelanjutan,
sehingga lulusan ITP memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan
industri,” ujar beliau.Dekan Fakultas Teknik, Prof. Dr. Ir.
Maidiawati, S.T, M. Eng, IPM, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada
Jonrinaldi atas kesediaannya menjadi narasumber. Prof. Maidiawati menekankan
bahwa workshop ini merupakan lanjutan dari rangkaian kegiatan penyusunan
kurikulum berbasis OBE yang telah dimulai sejak tahun 2023.
“Tahun lalu kita memperkenalkan kurikulum
OBE kepada seluruh program studi. Tahun ini, fokus kita adalah menyusun sistem
dan instrumen yang dibutuhkan untuk mengevaluasi kurikulum, serta memastikan
bahwa CPMK (Capaian Pembelajaran Mata Kuliah), CPL (Capaian Pembelajaran
Lulusan), dan profil lulusan telah selaras dengan parameter akreditasi,”
tambahnya.
Ir. Jonrinaldi dalam materinya menyoroti
pentingnya sistem dan instrumen penilaian dalam kurikulum OBE. Beliau
menjelaskan bagaimana penetapan profil lulusan, capaian pembelajaran lulusan
(CPL), dan peta distribusi bahan kajian harus selaras dengan visi dan misi ITP.
“Untuk evaluasi yang
tepat, kita harus memiliki instrumen yang jelas dalam mengukur apakah kurikulum
sudah berjalan sesuai rencana. Aspek seperti CPMK (Capaian Pembelajaran Mata
Kuliah) dan CPL sangat penting untuk diperhatikan,” ujar Jonrinaldi.
Beliau juga membahas pentingnya penyusunan kurikulum yang sesuai dengan panduan terbaru Dikti tahun 2024. Dalam reviewnya, ia mencatat bahwa beberapa prodi perlu menyesuaikan struktur dokumen kurikulumnya dengan tambahan poin terkait masa tempuh dan tata cara penerimaan mahasiswa baru."Profil lulusan
harus lebih jelas menggambarkan peran lulusan di dunia kerja, dengan
menggunakan kata-kata seperti berkontribusi, memimpin, atau menerapkan, bukan
hanya mampu," jelasnya.
Salah satu fokus penting dari workshop
ini adalah pemetaan antara bahan kajian dengan CPL. Ir. Jonrinaldi menekankan
bahwa setiap program studi perlu memastikan bahwa mata kuliah yang disusun
mencerminkan capaian yang diharapkan dari mahasiswa.
Tim kurikulum dari berbagai program studi
di ITP, serta tim dari Biro Layanan Terpadu (BLT), Biro Administrasi Akademik
dan Kemahasiswaan (BAAK), dan BITKom saling bertukar ide dan strategi,
serta mendapatkan masukan langsung dari narasumber mengenai implementasi sistem
penilaian yang efektif.
Workshop ini diakhiri dengan target
konkret untuk menyelesaikan penyusunan sistem dan instrumen kurikulum OBE di
ITP pada tahun ini. Prof. Maidiawati berharap bahwa tahun depan ITP sudah
memiliki regulasi yang lebih jelas terkait pembelajaran berbasis OBE, sehingga
seluruh program studi dapat bergerak bersama dalam mencapai standar akreditasi
yang lebih tinggi.
Dengan selesainya workshop ini, Fakultas
Teknik ITP semakin mantap melangkah menuju transformasi kurikulum yang berfokus
pada hasil akhir pembelajaran. Harapannya, lulusan ITP tidak hanya memiliki
kemampuan teknis yang mumpuni, tetapi juga memiliki keterampilan kritis dan
inovatif yang dibutuhkan dalam dunia industri yang terus berkembang.
Created By Widia/Humas ...
Institut
Teknologi Padang (ITP) terus perkuat eksistensinya di bidang riset dan
penelitian teknologi, salah satunya pengembangan Hexacopter (pesawat tanpa
awak). Menjadi salah satu penerima Program Dana Padanan (Matching Fund) Batch
II 2024, Direktorat Jenderal Vokasi mengadakan Monitoring dan Evaluasi (Monev)
pengembangan Hexacopter dalam Penggunaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di
Ruang Sidang Utama ITP, Selasa (08/10).
Program ini merupakan hasil kolaborasi
antara ITP dan PT. Inovasi Solusi Transportasi Indonesia (PT. Frogs Indonesia),
sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi transportasi inovatif.
Acara dibuka oleh Dr. Ir. Nofriady
Handra, M.Sc, IPM, ASEAN. Eng, APEC Eng, selaku Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) ITP. Dalam sambutannya, ia menekankan
pentingnya sinergi antara dunia pendidikan dan industri dalam menciptakan
inovasi teknologi yang relevan bagi masyarakat.
"Hexacopter ini diharapkan menjadi
salah satu solusi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan permasalahan
lingkungan lainnya. Harapannya dengan adanya kegiatan Monev ini, apabila terdapat kendala dan hambatan, diharapkan
langkah-langkah perbaikan dan dukungan dapat disampaikan kepada tim peneliti melalui
evaluasi ini,"
ungkapnya.
Rektor ITP, Dr. Ir. H. Hendri Nofrianto,
M.T., IPM, juga memberikan sambutan hangat kepada para tim penilai dari Ditjen
Vokasi yang berpartisipasi dalam evaluasi ini. Beliau juga menyampaikan
apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam pengembangan riset ini.
““Kami sangat berterima kasih atas
kunjungan dari Ditjen Vokasi, dan saya sangat bangga dengan komitmen dan dedikasi
tim peneliti Program Studi Teknologi Rekayasa Instalasi Listrik (TRIL) ITP dalam
pengembangan alat ini. Kolaborasi ini sejalan dengan visi ITP untuk terus
berinovasi dan menghasilkan teknologi yang relevan bagi kebutuhan masyarakat
luas,” ujar beliau dalam pidato sambutan.Ir. Joko Susila, M.T, salah satu assessor
dari Ditjen Vokasi, juga turut mengucapkan terima kasih atas sambutan yang hangat
dari pihak ITP. Dalam kesempatan ini memperkenalkan tim penilai yang terdiri
dari Ade Suryatman Margana, S.T., M.Eng sebagai reviewer, serta didampingi tiga
perwakilan dari Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi (APTV) yaitu Bayu
Sadewo, Heru Sriwidodo, dan Untung.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan ini
dilakukan untuk memotret dan mengevaluasi progres perencanaan dan pelaksanaan
program pengembangan riset hingga saat ini. Beliau juga mengungkapkan,
kegiatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa riset yang ada sudah sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.Sementara itu, Dr.Eng. Ir. Yusreni Warmi,
S.T., M.T., IPM, selaku Wakil Rektor II ITP, menegaskan komitmen ITP dalam
penelitian dan inovasi teknologi. Ia juga optimis dengan potensi keberhasilan
program hibah Matching Fund ini.
"Saat ini, progres matching fund
sudah mencapai 60% dari aspek keuangan dan 80% dari aspek fisik. Kami berharap
keberhasilan ini membuka peluang lain untuk hibah penelitian di masa depan dan
memperluas inovasi teknologi," jelasnya.
Program Matching Fund ITP ini digawangi
oleh Tim Prodi TRIL ITP, yang diketuai oleh Drs. Al, M.T. dengan anggota Asnal
Effendi, S.T., M.T., IPM, ASEAN. Eng, Aswir Premadi, M.Sc, dan Ir. Andi
Syofian, S.T., M.T., IPM, serta Dasman, M.T., menjelaskan bahwa pengembangan
Hexacopter untuk Modifikasi Cuaca dimulai dengan merancang drone menggunakan
perangkat lunak CAD dan pemodelan 3D. Proses ini dilanjutkan dengan perakitan
drone dari komponen-komponen yang disiapkan secara teliti.
Tahap berikutnya adalah pengujian
menyeluruh untuk memastikan semua komponen berfungsi dengan baik sebelum drone
diintegrasikan dengan modul TMC. Modul TMC ini akan berfungsi sebagai alat
penyemai awan, yang diharapkan mampu mempengaruhi pola cuaca dan membantu upaya
mitigasi perubahan iklim di berbagai wilayah Indonesia.
Selain pengembangan teknologi drone dan
modul TMC, aspek legalitas dan regulasi juga menjadi bagian penting dari
program ini. ITP dan mitra berupaya memastikan bahwa seluruh kegiatan
pengembangan mengikuti standar keamanan dan regulasi yang berlaku.
Progres pengembangan Hexacopter TMC saat
ini mencakup pengujian, perizinan, perakitan Modul TMC, serta perancangan drone
dan purwarupa Hexacopter TMC. Dengan integrasi alat penyemai awan, Hexacopter
ini diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan dalam program modifikasi
cuaca yang telah diimplementasikan di beberapa wilayah Indonesia.
Sebagai luaran utama dari penelitian ini,
desain Hexacopter TMC akan dipublikasikan sebagai salah satu inovasi teknologi
unggulan di bidang rekayasa lingkungan. Selain itu, hasil penelitian ini juga
akan disajikan dalam jurnal internasional International Journal of Power
Electronics and Drive Systems (IJPEDS), menandai bahwa proyek ini tidak hanya
berkontribusi bagi Indonesia, tetapi juga bagi komunitas ilmiah global.
Melalui pengembangan Hexacopter TMC, ITP
dan PT. Frogs Indonesia berharap dapat memberikan dampak positif bagi
masyarakat dalam hal penanganan perubahan iklim dan mitigasi bencana. Program
ini juga membuka peluang lebih luas bagi ITP untuk mendapatkan hibah penelitian
lebih lanjut, sekaligus memperkuat reputasi kampus sebagai pusat inovasi
teknologi.
Created By Cyntia Lase/Humas ...
Di
era teknologi informasi yang semakin berkembang pesat, data geospasial
memainkan peran sentral dalam berbagai sektor, termasuk dalam pengembangan
aplikasi layanan berbasis lokasi, penelitian geografis, dan pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan wilayah. Menyadari pentingnya hal
ini, Institut Teknologi Padang (ITP) melalui Program Studi Teknik Geodesi
menggelar kuliah tamu yang fokus pada pentingnya data toponimi bersama narasumber ahli dari
Universitas Pakuan (UNPAK) Bogor.
Kuliah
tamu yang bertajuk "Toponimi
sebagai Informasi Geospasial" digelar pada Senin (07/10) bertempat di Aula
Gedung D Kampus I ITP. Acara ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran
strategis toponimi, sebuah
disiplin ilmu yang tidak hanya berkaitan dengan nama tempat, tetapi juga dengan
warisan budaya dan data geospasial.
Acara dimulai dengan sambutan hangat
dari Dwi Arini, M.T., Ketua Prodi Teknik Geodesi ITP, dalam sambutannya, ia
mengungkapkan rasa terima kasih atas kehadiran narasumber dan delegasi Prodi Teknik
Geodesi UNPAK, serta para peserta pada kegiatan kuliah tamu ini.
"Terima kasih atas kehadiran
rekan-rekan semua, semoga kegiatan ini dapat berjalan lancar. Hari ini kita
akan belajar dari para ahli yang sangat kompeten tentang toponimi dan
aplikasinya dalam informasi geospasial ,” ungkapnya.
Dwi menekankan pentingnya toponimi dalam
konteks informasi geospasial, yang merupakan pondasi bagi pengembangan ilmu
geodesi. Ia menjelaskan bahwa toponimi memiliki peranan penting dalam memahami
konteks geografis dan budaya suatu daerah.
"Toponimi tidak hanya sekadar nama
tempat, ia merefleksikan sejarah,
budaya, dan karakteristik geografis suatu wilayah. Dengan memahami toponimi,
kita bisa lebih menghargai dan melestarikan kekayaan alam dan budaya
kita," jelasnya.Kuliah tamu yang dipandu oleh Ilham
Armi, M.T., diisi oleh dua narasumber ahli dari Universitas Pakuan, yakni Ir.
Joni Efendi, M.T., dan Dra. Diah Kirana, M.Sc.
Kedua narasumber ini berbagi pengalaman dan pengetahuan mendalam tentang
toponimi, serta penerapannya dalam informasi geospasial dan pengambilan
keputusan yang berbasis lokasi.
Ir. Joni membuka presentasinya dengan
menjelaskan penggunaan toponimi tidak hanya sebatas pada pengolahan data, melainkan
juga pada visualisasi data geospasial. Visualisasi data geospasial melalui
peta, grafik, dan alat visual lainnya menjadi penting untuk memahami dan
mengkomunikasikan informasi dengan jelas.
Selain itu, perkembangan teknologi
informasi memungkinkan kecerdasan geospasial dan toponimi terintegrasi dalam
kehidupan sehari-hari di era digital. Hingga akhirnya, kecerdasan geospasial
dan toponimi memainkan peran sentral dalam pengembangan aplikasi layanan
berbasis lokasi.
Dra. Diah Kirana, M.Sc menambahkan bahwa
toponimi juga memiliki peran penting dalam kartografi. Ia menegaskan nama
tempat dapat mempengaruhi bagaimana kita menggambar peta dan memahami wilayah
dengan memanfaatkan informasi toponimi, sehingga kita bisa menciptakan peta
yang lebih informatif dan akurat.
Salah satunya upaya untuk mendapatkan data
toponimi adalah dengan melakukan dialog dengan masyarakat lokal untuk memahami
makna di balik nama tempat, pendekatan ini tidak hanya menambah data, tetapi juga
membangun hubungan yang lebih baik dengan komunitas lokal.
“Dialog dengan masyarakat lokal sangat
penting untuk memahami makna di balik nama tempat. Kami sering menemukan bahwa
nama-nama tersebut mengandung nilai sejarah dan budaya yang mendalam, data ini sangat
penting untuk menghasilkan peta yang akurat dan relevan ,” jelasnya.
Selama sesi tanya jawab, mahasiswa aktif
berdiskusi dan mengajukan berbagai pertanyaan menarik tentang aplikasi toponimi
dalam proyek-proyek geospasial. Diskusi ini membuka wawasan mahasiswa tentang
pentingnya data geospasial dalam berbagai aspek, mulai dari perencanaan tata
ruang hingga pengembangan wilayah.
Dwi Arini menutup acara dengan ucapan
terima kasih kepada para narasumber dan mahasiswa yang telah berpartisipasi.
"Semoga apa yang telah dibagikan hari ini dapat bermanfaat dan mendorong mahasiswa
untuk lebih mendalami ilmu toponimi. Di Prodi Teknik Geodesi ITP, kami
berkomitmen untuk terus mengembangkan kurikulum yang relevan dan praktis,"
tutupnya.
Acara kuliah tamu ini bukan hanya sekadar
sharing ilmu, tetapi juga merupakan wadah bagi mahasiswa untuk menjalin koneksi
dengan para ahli dan memperluas pengetahuan mereka tentang toponimi sebagai
bagian integral dari ilmu geospasial. Dengan semangat kolaborasi dan
pembelajaran, ITP terus berupaya mencetak generasi profesional yang siap
menghadapi tantangan di dunia nyata.
Dengan kegiatan seperti ini, ITP tidak
hanya membekali mahasiswa dengan pengetahuan, tetapi juga mengajarkan mereka
untuk menghargai dan memahami dunia di sekitar mereka melalui lensa geospasial.
Created By Widia/Humas
...
Dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan dan relevansi kurikulum, Institut Teknologi Padang melalui Program
Studi Teknik Geodesi menggelar diskusi strategis mengenai penyusunan kurikulum
dan benchmarking bersama Program Studi Universitas Pakuan (UNPAK) Bogor pada Senin
(07/10) bertempat di Ruang Sidang Utama Gedung D Kampus I ITP.
Diskusi ini dihadiri oleh Dekan Fakultas
Teknik ITP, seluruh dosen Prodi Teknik Geodesi ITP, dan dosen Prodi Teknik
Geodesi UNPAK untuk berbagi pengalaman serta strategi dalam penyusunan
kurikulum yang adaptif dan inovatif, serta pengembangan kurikulum yang relevan
dengan tuntutan dunia industri.
Diskusi dibuka oleh Dwi Arini, M.T, selaku
Ketua Prodi Teknik Geodesi ITP, dalam sambutannya, Dwi menekankan pentingnya
kolaborasi antar perguruan tinggi untuk
menghadapi tantangan pendidikan saat ini. Menurutnya diskusi ini merupakan
kesempatan berharga untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan saling belajar dari
pengalaman satu sama lain.
“Kami berkomitmen untuk mengembangkan
kurikulum yang tidak hanya memenuhi standar akademik, tetapi juga sesuai dengan
kebutuhan praktis di lapangan. Sehingga dapat mencetak lulusan yang siap
menghadapi tantangan di dunia profesional serta selaras dengan kebutuhan
industri dan perkembangan teknologi saat ini.
Selanjutnya, Prof. Dr. Ir. Maidiawati,
S.T, M. Eng, IPM, selaku Dekan Fakultas Teknik ITP, memberikan sambutan hangat.
Beliau mengucapkan selamat datang kepada para peserta diskusi dan mengungkapkan
terima kasih atas kunjungan delegasi Prodi Teknik Geodesi ke ITP. Dalam
pengantar tersebut, Prof. Maidiawati memperkenalkan profil ITP, jumlah program
studi yang ada, dan jumlah mahasiswa aktif per tahun akademik 2024/2025.
Prof. Maidiawati menuturkan dengan 10
program studi dan ribuan mahasiswa aktif, ITP senantiasa berusaha menjadi
pionir dalam pendidikan teknik di Indonesia. Beliau juga menyoroti dukungan
dari hibah Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) yang memberikan peluang
besar untuk pengembangan kurikulum yang inovatif dan pembelajaran berbasis
praktik.
Acara dilanjutkan dengan sambutan dari
Ir. Rudie Rachmat Atmawidjaja M.Kom, selaku Ketua Prodi Teknik Geodesi UNPAK.
Ia memperkenalkan profil program studi Teknik Geodesi di UNPAK, serta
menjelaskan pendekatan Merdeka Belajar - Kampus Merdeka (MBKM) yang diterapkan
di prodi mereka. Diskusi ini memberikan kesempatan antara kedua institusi untuk
saling berbagi pengalaman dalam penyusunan kurikulum yang efektif.
"Kami berfokus pada pengalaman
praktis, seperti penelitian, magang, bina desa, dan program pertukaran
mahasiswa. Ini merupakan bagian dari upaya kami untuk menyiapkan mahasiswa agar
siap berkontribusi di masyarakat,” ungkapnya.
Dwi Arini juga menyoroti kegiatan Captone
Design yang melibatkan mahasiswa dalam proyek nyata. Ini merupakan langkah
konkret dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis proyek dan upaya meningkatkan
pemahaman mahasiswa tentang aplikatif ilmu yang mereka pelajari di kelas.
"Untuk penyelenggaraan pembelajaran Capstone
Design kami mengadakan kegiatan kemah kerja, mahasiswa dibagi dalam lima
kelompok yang di akhir perkuliahan tiap kelompok menghasilkan poster. Proyek ini tidak hanya
mendorong kreativitas, tetapi juga membangun keterampilan kerja tim di kalangan
mahasiswa," tambahnya.
Diskusi dilanjutkan dengan pemaparan oleh
Dwi Marsiska Driptufany, S.Pd, M.Si, Direktur Akademik PKKM Prodi Teknik
Geodesi ITP. Ia menjelaskan strategi penyusunan kurikulum yang berfokus pada
spesifikasi dan kekhasan setiap prodi, dengan mengacu pada hasil tracer study
dan pengembangan karir alumni. "Kita perlu memastikan bahwa kurikulum yang
kita susun dapat menjawab tantangan masa depan," tegasnya.
“Kita perlu memastikan bahwa lulusan kita
memiliki kompetensi yang relevan dan dapat bersaing di dunia kerja. Kita harus
menggunakan data dari tracer study untuk memahami karir alumni dan menyesuaikan
kurikulum dengan kebutuhan industri ,” jelas ia.
Puncak acara ini ditandai dengan
penandatanganan Implementation Agreement antara Ketua Prodi Teknik Geodesi ITP
dan UNPAK. Kesepakatan ini menegaskan komitmen kedua institusi untuk
berkolaborasi dalam pengembangan kurikulum yang lebih baik dan relevan dengan
kebutuhan industri.
Diskusi ini bukan hanya sekadar ajang
berbagi informasi, tetapi juga menjadi wadah kolaborasi yang strategis untuk
meningkatkan mutu pendidikan di bidang Teknik Geodesi. Dengan semangat
kebersamaan dan komitmen untuk terus berinovasi, diharapkan kedua institusi
dapat mencetak lulusan yang siap menghadapi tantangan global.
Acara ini membuktikan bahwa kolaborasi
antar perguruan tinggi merupakan kunci untuk mencapai keunggulan akademik dan
relevansi di dunia industri. Mari kita dukung upaya ini untuk menciptakan
generasi profesional yang lebih unggul!
Created By Widia/Humas
...